Kalian
tentu pernah menonton film. Entah itu film komedi, romansa, aksi, dan
lain-lain. Tapi pernahkah kamu melihat proses pembuatan film secara langsung? Membuat
film (terutama film-film papan atas) bisa dibilang... susah, tergantung
keterampilan dan kreatifitas si pembuat.
Film
adalah hasil karya audio visual yang dibuat dengan bantuan kamera, serta
ditayangkan di TV, bioskop, maupun yang sejenis dengan XXI. Pada awalnya, film merupakan
gulungan seluloid yang pada setiap “frame” seluloid tersebut terdapat rangkaian
gambar yang bersinambungan satu sama lain. Berbeda dengan zaman sekarang yang
sudah menjadi bentuk digital.
Lantas,
bagaimana cara membuat sebuah film dan bisa dinikmati banyak orang? Yuk simak ulasan
ini.
Persiapkan
ini sebelum mulai
Tahapan
ini biasa disebut pra produksi. Sebelum membuat film, kamu harus persiapkan
semua yang dibutuhkan selama proses produksi berlangsung. Hal pertama yang
harus kamu siapkan adalah tim. Minimal dalam tim tersebut ada produser,
sutradara, penata kamera (Director of Photography), penulis skrip, penata
suara (soundman), dan editor. Tanpa keberadaan mereka, tentu film tidak
akan bisa dibuat. Setelah ada tim, selanjutnya adalah ide. Ide adalah dasar
dalam membuat cerita sebuah film. Ide bisa didapatkan melalui rapat produksi atau
dari sumber-sumber lain.
Setelah
ide ada, baru si penulis skenario menyiapkan naskah. Tentu sumber cerita naskah
tersebut berada di tangan sutradara. Namun seringkali sutradara merangkap jadi
penulis, seperti Raditya Dika yang menulis skenario sekaligus menyutradarai
filmnya sendiri.
Sebuah
skenario tidak bisa diwujudkan tanpa adanya peralatan dan perlengkapan yang
mendukung. Siapkan segala sesuatu yang dibutuhkan cerita, dan tentunya kamera. Tentu
untuk menyediakan semua itu harus menggunakan dana. Tidak semua tim bisa
menyediakan hal tersebut. Jika terjadi demikian, carilah alat yang memiliki harga murah, namun
kualitas bagus. Kamu bisa cari kamera DSLR atau kamera Mirrorless yang
lebih murah daripada kamera video. Selain kamera, sediakan juga alat pendukung
lainnya seperti stabilizer, peralatan lighting (jika mampu), satu set
komputer desktop atau laptop untuk proses pengeditan nanti. Semakin tinggi budget
yang kamu butuhkan, maka semakin besar peluang untuk membuat film dengan
kualitas bagus. Namun jangan berkecil hati jika menggunakan budget yang minim.
Jangan lupa untuk mempersiapkan segala hal lainnya seperti lokasi, riasan dan
busana, perangkat lunak editing, dan musik pendukung film.
Tugas
seorang sutradara adalah mencari pemeran yang sesuai dengan naskah. Sang sutradara
harus mampu membuat kriteria yang dibutuhkan oleh naskah. Jika naskah adalah
otak dari sebuah film, maka pemeran adalah jantungnya. Tidak bisa dimungkiri,
peran pemain adalah 3/5 bagian dari keseluruhan produksi film.
Saatnya
syuting dimulai!
Selama
proses syuting (shoting), si sutradara harus mengetahui betul
sistematika yang ada dari sebuah film, seperti komposisi gambar, pergerakan
kamera yang cocok, blocking, dan hal lainnya. Sutradara adalah orang
yang paling sibuk pada proses ini selain produser.
Jadwal
syuting juga harus direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya agar sesuai dengan
target waktu yang ditentukan. Selain itu, pemeran juga harus diperhatikan. Panggillah
pemeran yang ada pada saat scene yang dibuat sekarang. Jangan memanggil
pemeran padahal mereka hanya menonton pemeran lain syuting.
Perhatikan
juga aspek cuaca. Jangan sampai adegannya siang kemudian hujan. Masih bagus
jika syuting di dalam ruangan. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, cobalah
untuk memanipulasi adegannya, tapi tidak menyimpang dari jalur cerita.
Suara
adalah salah satu aspek penting dalam sebuah film. Film tidak bisa dinikmati
jika suara yang dihasilkan tidak begitu bagus terdengar. Selama proses syuting,
gunakan mic yang bagus digunakan. Hindari lokasi syuting dengan tingkat
kebisingan tinggi, kecuali jika tim bisa meminimalisirnya.
Yang
harus dilakukan setelahnya
Tahapan
ini disebut tahap pascaproduksi. Pada tahap ini, sang editor adalah orang yang
sibuk bersama sutradara. Hasil pengambilan gambar (footage) dipilah
kemudian diserahkan kepada editor untuk ditindaklanjuti. Tugas seorang editor
adalah menyusun footage, menyinkronkan gambar dengan suara (jika suara
yang direkam terpisah), dan memberi unsur pendukng lainnya seperti efek visual
dan musik (jika diperlukan).
Sang
editor diberi wewenang untuk menggunakan kretifitasnya dalam menyusun rangkaian
gambar, asal tidak menyimpang dari hasil kesepakatan tim. Titik keberhasilan
film berada di tangan editor.
Setelah
film selesai dibuat, promosikan film tersebut. Kamu bisa menawarkannya kepada
eksibitor-eksibitor yang ada. Jika film yang dibuat hanya film pendek, cobalah
untuk mempromosikannya di youtube.
Akhirnya,
tulisan ini selesai juga setelah beberapa bulan tidak menulis. Tulisan di atas
adalah hasil pengalaman saya membuat film dalam rangka penyelesaian tugas akhir
matakuliah sinematografi.
Jika
ada yang ingin kamu tanyakan, segera tinggalkan komentar di bawah ini. Terima kasih
:-)
Posting Komentar
Posting Komentar